Selasa, 26 Februari 2013

Situs LIYANGAN KUNO


Situs Liyangan yang ditemukan di sebuah tempat penambangan galian golongan C di Desa Purbosari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah terus dilakukan penggalian dan penelitian oleh para arkeolog untuk mengungkap sejarah situs tersebut. Secara bertahap tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta dan Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah melakukan ekskavasi pada situs yang ditemukan pertama pada tahun 2000 tersebut. Ekskavasi terakhir tahun 2012 yang berlangsung pada pertengahan Desember juga melibatkan ahli dari Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta untuk meneliti dari segi ilmu geologi karena batuan kuno serta sisa material vulkanik letusan Gunung Sindoro yang diperkirakan tahun 900-an merupakan wewenang pakar geologi. Ketua Tim Peneliti Situs Liyangan, Sugeng Riyanto, mengatakan bahwa Situs Liyangan yang ditemukan di Kecamatan Ngadirejo itu merupakan situs paling lengkap dan istimewa untuk mengungkap kehidupan zaman Mataram Kuno (31/12). Benda-benda budaya bernilai sejarah tinggi berhasil ditemukan oleh tim ekskavasi, antara lain, pecahan gerabah, keramik, tulang belulang, mata tombak, batu asah, talut struktur bonder, lima batur dengan luasan bervariasi dan arang kayu yang diduga sisa bangunan rumah. Sugeng mengatakan, untuk mengungkap temuan pecahan gerabah, keramik, tulang belulang, mata tombak, dan batu asah, benda-benta tersebut dibawa ke Balai Arkeologi untuk penelitian lebih lanjut. Menurut dia, temuan gerabah berupa gentong dan kuali merupakan produk lokal dengan bahan dasar tanah liat, sedangkan keramik berbahan kaolin diperkirakan produk Cina pada abad X. "Temuan keramik menunjukkan telah ada hubungan dagang antara Mataram Hindu dan Cina," katanya. Pada ekskavasi ketiga ini tim peneliti juga menemukan lima batur batu, yang sebelumnya di atas batur itu terdapat bangunan kayu dengan atap ijuk. Keberadaan bangunan itu berdekatan dengan candi, diduga sebagai tempat persiapan segala sesuatu yang berkaitan dengan upacara pemujaan dan dapat pula tempat beristirahat. Luasan batur tersebut bervariasi, ada yang berukuran 5,78 meter x 6,70 meter, 7,10 meter x 7,50 meter, dan ada juga 8 meter x 8 meter. Batur terluas ditemukan di dekat sungai, yang sudah terlihat 11 meter x 21,35 meter dan sebagian masih terpendam material tanah dan bebatuan. Satu di antara batur tersebut, katanya, sebagai tempat pemujaan yang ditandai berlantai batu dan ada tumpukan batu di tengahnya. Berdasarkan hasil temuan, lanjut dia, kompleks Situs Liyangan merupakan sebuah tempat hunian manusia yang perdabannya telah maju. Hal itu dibuktikan temuan tempat peribadatan, permukiman, dan kawasan pertanian. Kawasan pertanian terletak sekitar 200 meter dari tempat pemujaan atau di seberang sungai kecil. "Letak bangunan telah terstruktur, ada talut, saluran irigasi, dan bangunan yang menunjukkan telah tertata," katanya. Menyinggung luasan situs, Sugeng belum bisa memastikan, konsentrasi tetap pada ekskavasi dan penelitian sampai selesai. Dia juga belum bisa menentukan kapan lagi akan dilakukan ekskavasi lanjutan, namun dipastikan pada tahun 2013. Situs Liyangan menjadi prioritas ekskavasi, katanya, karena potensi, luasan situs, kompleksitas dan potensinya tinggi untuk penelitian. Situs Liyangan adalah aset budaya warga Temanggung, bentuknya tinggalan peradaban Mataram Kuno. Ia menuturkan bahwa keunikan Situs Liyangan, antara lain, terdapat tiga lubang berisi pasangan yoni dan lingga pada candi pemujaan, batu yang tersusun bukan dari satu jenis batu dan merupakan temuan kompleks antara hunian, pemujaan dan persawahan. Tim belum memastikan candi yang ditemukan sebagai candi tunggal atau induk karena masih ada kemungkinan ditemukannya candi lain mengingat masih ada tumpukan material di sekitar areal. "Situs Liyangan masih menyimpan banyak misteri. Penelitian tidak bisa buru- buru dan harus teliti. Warga harus menjaga cagar budaya, karena mempunyai sifat langka, mudah rusak, dan tidak bisa diperbaiki," katanya. Peran warga sangat besar dalam menjaga kelestarian Situs Liyangan dan ada kelompok masyarakat yang peduli terhadap temuan benda sejarah di kompleks penambangan tersebut Ketua Kelompok Peduli Liyangan, Suyanto, mengatakan bahwa pihaknya akan selalu membantu tim peneliti dalam melakukan ekskavasi. Ia berharap pemerintah lebih serius lagi menangani temuan situs Liyangan karena sejak ditemukan pada tahun 2000 hingga sekarang belum ada perubahan yang signifikan.

CANDI PRINGAPUS


Obyek wisata lain di Kabupaten Temanggung yang menarik dikunjungi adalah Candi Pringapus. Sebagaimana candi- candi lainnya, Candi Pringapus tidak hanya menawarkan wisata arkeologi, tetapi juga wisata sejarah, wisata budaya dan wisata pendidikan. Sesuai dengan namanya, candi ini terletak di Desa Pringsurat Kecamatan Ngadirejo sekitar 22 Km dari arah barat lauta Kota Temanggung. Umurnya sudah cukup tua, yang diperkirakan dibangun pada tahun 850 dan rampung dua tahun kemudian. Arca-arcanya bercorak Hindu Siwaistis. Jika dicermati, bentuk bangunanya merupakan replika Mahameru yang menjadi lambang tempat tinggal para dewata. Hal ini bisa dibuktikan dari adanya hiasan antefiq dan relief hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa. Candi Pringapus mengingatkan kita pada candi-candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Candi Gegongsongo di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Bentuknya hamper sama, Kebetulan ketiga komplek candi ini berada di kawasan yang berdekatan, sehingga memiliki banyak kesamaan, baik dalam bentuk maupun kebudayaan masyarakat saat itu. Komplek Candi Gedongsongo di Sebelah Utara Candi Pringapus dan komplek Candi Dieng di sebelah baratnya. KARAKTERISTIS CANDI Sebagaimana candi-candi di Dieng dan Gedongsongo, seluruh bagian depan dinding Candi Pringapus dalam kondisi tertutup.Bagaimana yang terbuka hanya dinding sebelah barat, berfungsi sebagai pintu keluar masuk. Bentuknya menyerupai altar dan terlihat gagah. Di sisi kiri dan kanan pintu terdapat relief nan indah, menggambarkan sepasang dewa dari kahyangan. Di bagian dalam, pengunjung bisa melihat nandi berukuran besar, yang menjadi sandaran Dewa Siwa. Tinggi Nandi melebihi tinggi pintu, sehingga diperkirakan dibuat erlebih dahulu sebelum proses pembangunan pintu. Berbeda dengan Candi Gondosuli yang sudah tidak terlihat bentuknya Candi Pringapus relief masih utuh. Karakteristiknya yang unik membuat banyak wisatawan asing datang ke sini, terutama dari Belanda, Belgia dan AS. Saat liburan, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah termasuk anak-anak sekolah. Candi Pringapus pertama kali disebut Junghuhn dalam daftar reruntuhan candi- candi Jawa, yang didasarkan pada gambar Hoepermans. Setelah itu, gambar diperbarui oleh Brandes, Van Erp (1909) dan Knebel (1911). Situ ini juga terkait dengan Candi Perot yang ada di dekatnya (sekitar 300 meter), yang runtuh akibat badai besar tahun 1907 (kini hanya terlihat pondasi saja). EMpat tahun sebelumnya, sejumlah arkeolog asing melakukan studi terhadap Candi Perot dan menyusun gambarnya. MISTERI PERTANGGALAN CANDI Kapan Candi Pringapus dibangun? Ada yang menyebutkan tahun 850, 852 bahkan ada juga yang memperkirakan tahun 900 atau sesudahnya. Menurut seorang arkeolog, Djulianto Susanto (Menentukan Pertanggalan Candi; 2003), sampai kini belum ada kesimpulan yang pasti mengenai kapan suatu candi mulai dibangun atau didirikan. Dari berbagai data arkeologi, tidak satu pun yang menyiratkan informasi suatu tarikh secara akurat. Karena itu, ertanggalan yang diberikan para arkeolog selalu diimbuhi kata-kata “kemungkinan (besar” atau “ diperkirakan didirikan pada abad kesekian pada masa kerajaan anu”. Bukan “didirikan pada tahun sekian oleh raja anu”. Arkeolog Belanda EB Vogler pernah melakukan penelitian terhadap hiasan kala makara diatas pintu candid an sejarah politik kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah. Hasilnya dipetakan menjadi lima periode pertanggalan yaitu : a. Periode I, yaitu masa sebelum tahun 650. Ia memperkirakan, ketika itu sudah ada bangunan ang terbuat dari bahan- bahan yang mudah rusak dan lapuk sehingga tanda-tanda arsitekturalnya tidak tersisa lagi. b. Periode II (650-760), yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Hindu. Gaya bangunan dipengaruhi oleh arsitektur Pallawa yang berasal dari India Selatan. Bangunan-bangunan candi dari periode ini pun sudah rusak, dan tidak mudah teridentifikasi. c. Periode III (760-812), pada masa Dinasti Syailendra. COntoh bangunannya adalah Candi Borobudur, Pawon, Mendut, Kalasan dan sari. d. Periode IV (8120\-928), Pengaruh asing terutama gaya Chandiman (India) mulai memperkaya unsure-unsur candi. Contohnya antara lain Prambanan, sariwanm Plaosan dan Ngawen. e. Periode V, yang berlangsung tahun 928 hingga akhir masa Hindu-Jawa. Bangunannya merupakan perkembangan dari gaya-gaya sebelumnya. Bangunan dari periode ini mulai diperkaya dengan unsur-unsur kesenian Jawa Timur, terutama bentuk kala. Contoh bangunannya antara lain Candi Pringapus, Sembodro, Ratna dan Srikandi.

jumprit


SEJARAH DAN LEGENDA Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sejak awal 1980-an, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit. Pada tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah Kanupaten Temanggung menentapkan Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata. Setahun kemudian, Kawasan itu diresmikan Gubernur Jawa Tengah (saat itu HM Ismail). Namun Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun hal ini masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan. Yang pasti ada beberapa lokasi yang diyakini sebagai petilasan KI Jumprit. Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit. Dua lokasi inilah yang kerap dikunjungi peziarah, terutama komunitas tertentu yang terbiasa melakukan tirakat. Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat nanti Temanggung akan menjadi daerah makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro relative hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Komoditas ini mulai popular sejak awal tahun 1970-an. Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat di Temanggung pun termasuk kelompok apan atas di Jawa Tengah, terutama jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Meskipun komoditas tembakau tidak lagi secemerlang dulu, kesejahteraan masyarakat Temanggung masih di atas rata-rata masyarakat Jawa Tengah. EKSOTISME WANAWISATA JUMPRIT Wanawisata Jumprit merupakan salah salah satu obyek wisata yang eksotis di Kabupaten Temanggung. Tempat ini buka sekadar menawarkan wanawisata (wisata hutan) saja, tetapi juga menghadirkan objek wisata alam pegunungan yang indah. Awal keramaian obyek wisata ini terjadi sejak awal 1980-an, ketika banyak peziarah yang melakukan wisata spiritual di Makam Ki Jumprit di dekat Umbul Jumprit yang letaknya bersebelahan. Mereka bersemedi di sekitar makam, kemudian diakhiri mandi kungkum di mata air yang tak pernah kering. Kawasan ini berada di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut (dpl) dan berada di lereng Gunung Sindoro tempatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo. Jaraknya hanya sekitar 26 km dari barat laut kota Temanggung. Kawasan Jumprit berada di jalur strategis, yaitu jalur wisata Borobudur-Dieng, Semarang-Bandungan-Dieng, serta dari berbagai arah dengan kemudahan aksesibilitas, baik dari Wonosobo, Kendal, Maupun Yogyakarta. Perjalanan juga bisa ditempuh dengan kendaraan umum dari ibu kota Kecamatan Ngadirejo. Lebih baik lagi menggunakan kendaraan pribadi. Jalan menuju lokasi sudah diaspal, sehingga perjalanan cukup menyenangkan. Apalagi dalam perjalanan menuju Jumprit, wisatawan juga bisa menikmati panorama alam pegunungan yang indah dan agrowisata sayuran. Jika ingin menginap dikawasan ini juga tersedia wisma Perhutani atau bisa juga mendirikan tenda di bumi perkemahan. Wisatawan bisa menikmati udara segar dan indahnya pemandangan saat matahari terbit. Karena berada di lereng Sindoro, hawa ditempat ini cukup dingin. Airnya juga dingin, jernih dan menyegarkan. Wisatawan yang bermalam dianjurkan membawa jaket. Jika datang pada siang hari pun, pengunjung masih bisa merasakan sisa- sisa kesejukan saat memasuki kawasan hutan. Banyaknya belantara pepohonan dan letaknya yang berada di lereng Sindoro membuat hawa panas sepertinya enggan menyapa tempat tersebut. Wisatawan juga bisa bersau dengan sekawanan burung di alam bebas, yang akan selalu menyambut dengan ocehan yang saling bersahutan. Atau bertemu sekawanan kera liar (sekitar 25-30 ekor) di lokasi wanawisata. Konon populasi kera ini tidak pernah bertambah atau berkurang. UMBUL JUMPRIT Pada sebuah kawasan yang agak mendatar, di antara rerimbunan pohon, terlihat bangunan menyerupai candi. Langgam arsitekturnya mirip dengan bangunan peninggalan Majapahit di Mojokerto (Jawa Timur). Bangunan yang telah berumur ratusan tahun itu menjadi gerbang dari sebuah tempat yang dikeramatkan. Tetapi ia bukanlah gerbang utama yang sudah dilalui sebelum tiba di bangunan mirip candi tersebut. Di balik bangunan itulah terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan panorama alam yang sungguh indah. Benar-benar menghibur hati ketika berada di antaranya. Mata air ini ridak pernah kering, meski saat kemarau panjang. Airnya sangat dingin (walau pada siang hari) serta sangat jernih, karena berasal dari sumber di pegunungan. Air inilah yang juga “mengisi” sungai Progo. Banyak peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum di sini. Puncak keramaian perziarah biasanya terjadi pada dua hari keramat “Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon”. Apalagi jika waktu sudah meninggalkan pukul 24.00. Seusai kungkum, mereka membuang pakaian dalam sebagai symbol membuang sial, sekaligus berharap rezeki baru bakal datang. Malam 1 Suro juga sangat ramai, didukung atraksi wisata di SendangSidukun, yaitu tradisi Suran Traji dengan aneka ritual menebar Jimat Pengantin Lurah Traji. Upacara ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu, yaitu berupa kirab lurah. JUmprit juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum prayaan waisak. Berbagai tradisi yang masih lestari ini bisa dijadikan salah satu modal pendukung wisata Jumprit. Air Jumprit dipercaya sebagian orang bisa membuat awet muda, enteng rezeki, dekat jodoh dan sarana membuanag sial. Di dekat mata air terdapat maka Ki Jumprit, sosok ahli di Kerajaan Majapahit, yang selalu ramai dikunjungi peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum. POTENSI ARUNG JERAM Pemerintah Kabupaten Temanggung berencana mengembangkan kawasan wisata Jumprit, dan sudah membuat proposal pengembanganya, di mana kawasan ini dibagi menjadi empat zona pada areal seluas 80 ha. Zona I dirancang untuk area parkir, panggung terbukam danau buatanm serta pemandian (tempat kungkum). Zona II untuk arena pacuan kuda, tempat parker, pasar buah/sayur, dan kios cendera mata. Sedangkan buki perkemahan dan hutan wisata berada di Zona II. Zona IV untuk hotel, wisma, kolam renang dan restoran. Zonaisasi ini membuka peluang bagi calon investor untuk ikut serta mengembangkan potensi wisata di kawasan Jumprit. Sebab kawasan ini memang menjanjika. Di luar item-item yang terangkum dalam zonaisasi itu , masih ada beberapa alternative lain yang bisa ditawarkan Disbudparpora (Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga) Kabupaten Temanggung. Misalnya potensi agrowisata dan wisata arung jeram. Kalau Magelang dan Kulonprogo bisa menciptakan wisata arum jeram di Kali Progo, mengapa Temanggung yang juga memiliki sungai itu tidak melakukan hal serupa? Bahkan, Air jernih yang mengalir deras di Kalo Progo berasal dari Umbul Jumprit. Arum Jeram kini menjadi tren Kawula muda di berbagai kota di Indonesia. Tak heran jika wisata dengan minat khusus ini berkembang pesat pula di Wonosobo, Banjarnegara dan Banyumas dengan memanfaatkan Sungai Serayu. Saya sekali jika para pemilik kapital tak melirik potensi besar di Jumprit. Pengembangannya dapat dimulai dari jembatan Kali Progo di Kranggan. Artinya calon penikmat arung jeram bisa start dari sana. Lokasi ini dekat dengan jalan raya, sehingga tidak sulit bagi pengelola untuk menggotong perahu karet. Tempat ini juga lapang dan datar, dengan arus sungai yang sedang dalam keadaan normal. Panorama alamnya juga indah. JIka dibangun sarana prasarana baru, kawasan Jumprit bisa menjadi obyek wisata andalan di Jawa Tengah. Diperkirakan mampu menarik minat wisatawan yang bekunjung ke Candi Borobudur (Kabupaten Magelang) serta Dataran Tinggi Dieng (Wonosobo/ Banjarnegara) karena Jumprit berada di Jalur wisata strategis tersebut. [keatas] Hak Cipta © 200

Rabu, 23 Mei 2012

Menjadi pribadi yang bermanfaat: Jauhi 8 Sifat Istri yang Dibenci Suami

Menjadi pribadi yang bermanfaat: Jauhi 8 Sifat Istri yang Dibenci Suami
wanita diciptakan lebih banya dari kaum pria.Itu juga dicipta dg kelemahan dn kelembutan.Wanita bisa menjadi penyemangat dalam kita beribadah maupun mengarungi bahtera kehidupan.tpi kadang juga wanita menjadi pusat permasalahan dalam rumah tangga.carilah wanita yg kaya ilmu agama walaupun miskin harta itu akan membuat hidupmu bahagia dan mulia.

Sabtu, 12 Mei 2012



Bersyukurlah dg keadaan kita saat ini.Jika kita melihat dg apa yg ada difotm trsbt,hati kecil kita akan terharu.Anak dibawah umur yg seharusnya duduk dibangku sekolah,bermain dn bersenda gurau dg teman sebayanya,tapi harus mencari nafkah sbg tuntutan ekonomi dg kerasnya hehidupan ini.
Masih banyak anak2 dibawah umur yg merelakan masa kecilnya hanya demi sesuap nasi.Jika masih banyak anak2 yg seperti itu,maka bagaimana nasih negeri yg kita cintai ini?
Mari kita buka pintu hati kita untuk sllu berupaya membantu orang2 yg membuthkan uluran tangan kita,terlebih lagi anak2 dibawah umur yg putus sekolah.Uluran tangan dn bantuan kita entah itu materi maupun pengarahan sangat dibutuhkan oleh mereka.
Mereka hanyalah anak2 yg hanya ingin bahagia seperti teman2 mereka.Mari kita sllu mensyukuri dg smua nikmat dn karuniaNYA,terlebih jika kita sudah mempunyai anak yg sekarang duduk dibangku sekolah.

Bukalah hati dan fikiran untuk melihat dn memahami kehdupan orang2 disekitar kita agar kita dapat mengerti dan memahami arti dari kehidupan ini.

Minggu, 06 Mei 2012

SAPI AJAIB




Kerasnya hidup,sulitnya ekonomi tk menyurutkan langkah untuk mencari sesuap nasi.Itulah realita kehidupan ini.Bila kita melihat dg apa yg digambar tsbt,pastinya kita akan terharu dn kasihan.Kadang juga kita akan lebih bersyukur dg keadaan kita.Masih banyak orang2 yg membuthkan uluran tangan kita,tak usah kita pergi ke kota besar hanya untuk melihat pemandangan seperti itu.Kadang kita tak menyadari bahwa disekeliling kita juga banyak yg hidup dibawah garis kemiskinan dan layaknya kehidupan ini.
Dengan melihat gambar tsbt,tentunya kita akan semakin menambah rasa syukur kita kpd ALLAH S.W.T.dn tentunya kita akan smakin menambah pundi2 amal kita dg mengulurkan tangan kita kpd yg membuthkan.Mari kita sllu berbenah diri dg apa yg sudah kita lakukan,untuk menjadi manusia yg baik,baik dimata manusia juga baik dimata ALLAH.

PANDANGLAH KE BAWAH UNTUK URUSAN DUNIAMU DAN
PANDANGLAH KE ATAS UNTUK URUSAN AKHERATMU.