Situs Liyangan
yang ditemukan di sebuah tempat
penambangan galian golongan C di
Desa Purbosari, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah terus
dilakukan penggalian dan penelitian oleh para arkeolog untuk mengungkap
sejarah situs tersebut. Secara bertahap tim dari Balai Arkeologi
Yogyakarta dan Badan Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah
melakukan ekskavasi pada situs yang
ditemukan pertama pada tahun 2000
tersebut. Ekskavasi terakhir tahun 2012 yang
berlangsung pada pertengahan
Desember juga melibatkan ahli dari
Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta
untuk meneliti dari segi ilmu geologi karena batuan kuno serta sisa material
vulkanik letusan Gunung Sindoro yang
diperkirakan tahun 900-an merupakan
wewenang pakar geologi. Ketua Tim Peneliti Situs Liyangan,
Sugeng Riyanto, mengatakan bahwa
Situs Liyangan yang ditemukan di
Kecamatan Ngadirejo itu merupakan
situs paling lengkap dan istimewa untuk
mengungkap kehidupan zaman Mataram Kuno (31/12). Benda-benda budaya bernilai sejarah
tinggi berhasil ditemukan oleh tim
ekskavasi, antara lain, pecahan gerabah,
keramik, tulang belulang, mata tombak,
batu asah, talut struktur bonder, lima
batur dengan luasan bervariasi dan arang kayu yang diduga sisa bangunan
rumah. Sugeng mengatakan, untuk
mengungkap temuan pecahan gerabah,
keramik, tulang belulang, mata tombak,
dan batu asah, benda-benta tersebut
dibawa ke Balai Arkeologi untuk
penelitian lebih lanjut. Menurut dia, temuan gerabah berupa
gentong dan kuali merupakan produk
lokal dengan bahan dasar tanah liat,
sedangkan keramik berbahan kaolin
diperkirakan produk Cina pada abad X. "Temuan keramik menunjukkan telah
ada hubungan dagang antara Mataram
Hindu dan Cina," katanya. Pada ekskavasi ketiga ini tim peneliti juga
menemukan lima batur batu, yang
sebelumnya di atas batur itu terdapat
bangunan kayu dengan atap ijuk.
Keberadaan bangunan itu berdekatan
dengan candi, diduga sebagai tempat persiapan segala sesuatu yang berkaitan
dengan upacara pemujaan dan dapat
pula tempat beristirahat. Luasan batur tersebut bervariasi, ada
yang berukuran 5,78 meter x 6,70 meter,
7,10 meter x 7,50 meter, dan ada juga 8
meter x 8 meter. Batur terluas ditemukan
di dekat sungai, yang sudah terlihat 11
meter x 21,35 meter dan sebagian masih terpendam material tanah dan bebatuan. Satu di antara batur tersebut, katanya,
sebagai tempat pemujaan yang ditandai
berlantai batu dan ada tumpukan batu di
tengahnya. Berdasarkan hasil temuan, lanjut dia,
kompleks Situs Liyangan merupakan
sebuah tempat hunian manusia yang
perdabannya telah maju. Hal itu
dibuktikan temuan tempat peribadatan,
permukiman, dan kawasan pertanian. Kawasan pertanian terletak sekitar 200
meter dari tempat pemujaan atau di
seberang sungai kecil. "Letak bangunan telah terstruktur, ada
talut, saluran irigasi, dan bangunan yang
menunjukkan telah tertata," katanya. Menyinggung luasan situs, Sugeng
belum bisa memastikan, konsentrasi tetap
pada ekskavasi dan penelitian sampai
selesai. Dia juga belum bisa menentukan
kapan lagi akan dilakukan ekskavasi
lanjutan, namun dipastikan pada tahun 2013. Situs Liyangan menjadi prioritas
ekskavasi, katanya, karena potensi,
luasan situs, kompleksitas dan potensinya
tinggi untuk penelitian. Situs Liyangan
adalah aset budaya warga
Temanggung, bentuknya tinggalan peradaban Mataram Kuno. Ia menuturkan bahwa keunikan Situs
Liyangan, antara lain, terdapat tiga
lubang berisi pasangan yoni dan lingga
pada candi pemujaan, batu yang
tersusun bukan dari satu jenis batu dan
merupakan temuan kompleks antara hunian, pemujaan dan persawahan. Tim
belum memastikan candi yang
ditemukan sebagai candi tunggal atau
induk karena masih ada kemungkinan
ditemukannya candi lain mengingat
masih ada tumpukan material di sekitar areal. "Situs Liyangan masih menyimpan
banyak misteri. Penelitian tidak bisa buru-
buru dan harus teliti. Warga harus
menjaga cagar budaya, karena
mempunyai sifat langka, mudah rusak,
dan tidak bisa diperbaiki," katanya. Peran warga sangat besar dalam
menjaga kelestarian Situs Liyangan dan
ada kelompok masyarakat yang peduli
terhadap temuan benda sejarah di
kompleks penambangan tersebut Ketua
Kelompok Peduli Liyangan, Suyanto, mengatakan bahwa pihaknya akan
selalu membantu tim peneliti dalam
melakukan ekskavasi. Ia berharap pemerintah lebih serius lagi
menangani temuan situs Liyangan
karena sejak ditemukan pada tahun
2000 hingga sekarang belum ada
perubahan yang signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar